Setelah sekian lama merantau dan sempat batal mudik lebaran karena coshit19, akhirnya beta pulang kampung. Alhamdulullah bandara sudah kembali dibuka, masyarakat sudah bisa menggunakan berbagai transportasi dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Saya ga bakal ceritain bagaimana saya mudik. Langsung skip ke bagian main...
Kemarin saya sama adik, Farhan, main ke Cancar, sebuah daerah di kabupaten Manggarai. Di sini ada sebuah objek wisata yang sudah cukup populer, Lingko Cara atau dikenal dengan sawah jaring laba-laba. Di tahun 2014 saya sudah pernah ke sini. Kebetulan sekarang Farhan minta diantar ke sini, karena katanya dia mau refreshing sebelum ujian skripsi. Kami ke sana dua hari sebelum dia ujian.
Dari rumah, lokasi ini ditempuh sekitar dua jam perjalanan. Cukup jauh dan harus melewati jalan berliku-liku. Kami berdua meluncur pake satu motor.
Karena saya terakhir ke sini sudah lama sekali, saya agak lupa-lupa ingat pintu masuknya. Kalo jalan menuju lokasinya sih hafal. Cuma buat masuk ke objeknya yang saya sedikit bingung. Baru pas ketika sudah nanya sama warga setempat. Ternyata, kami sebenarnua sudah berada di tempat yang pas, hanya saja jalannya sudah disetapak, makanya saya gak ngeh.
Oya, sedikit informasi yang mungkin bisa berguna. Pertama kali saya ke sini, akses masuknya cuma ada satu. Yaitu jalur masuk yang kami lewati sekarang ini, lewat rumah warga. Tapi karena Lingko Cara ini sudah cukup populer, sekarang sudah ada pintu masuk resmi dan masuk dengan membayar tiket. Loket masuk ini letaknya sekitar 200 meter dari pintu masuk gratis yang kami lewati. Duh gimana ya jelasinnya...
Jadi tadi sebenarnya kami melewati loket resminya. Hanya saja seingat saya pintu masuknya bukan di situ, makanya saya jalan terus sampai ke pintu masuk yang dulu saya pernah pake. Begitu pulang, kami baru kami sadar kalau ada loketnya, soalnya rame dan ternyata ada papan namanya. Untung kami tidak tau sejak awal, akhirnya kami bisa masuk dengan gratis.
Nah jadinya saya tidak tahu berapa biaya masuk ke lokasi wisata ini. Tapi buat yg mau masuk gratis, tinggal lewati jalur masuh di perkampungan warga. Nanti dari loket masuk, jalan terus aja sampe area pohon2 bambu. Misal bingung tinggal tanya warga “kalau mau ke sawah laba-laba bagaimana”.
Akhirnya kami bisa sampai di tujuan, sebelumnya dari tempat penyimpanan motor (di depan rumah warga) kami masih harus trancking beberapa menit untuk bisa sampai di puncak. Karena untuk melihat sawah ini dengan jelas, harus dari dataran tinggi.
Sedikit kecewa, karena sama seperti sebelumnya, saya datang masih di waktu yang kurang tepat. Dulu saya datang di saat selesai musim panen. Sekarang, saya datang terlalu cepat. Benih baru ditanam dan sebagian petak belum terisi. Padahal harapan saya bakal liat hamparan sawah yang hijau. Mungkin kalau saya datang satu dua bulan lagi, bisa pas.
Mungkin saya disuruh untuk datang lagi kapan-kapan :D
Sekian cerita perjalanan kami di Lingko Cara, sampai ketemu di cerita selanjutnya...
0 Comments