Edisi rindu kampung halaman ini..
Saya mau cerita tentang salah satu makanan khas di kampung saya. Sebenarnya bukan khas banget sih, bisa ditemukan di mana-mana. Makanannya adalah nasi bambu, yang masyarakat kampung saya menyebutnya dengan nama timbu. Atau yang lebih dikenal populer lagi dengan nama nasi lemang. Pasti sudah tahu kan?
Sama dengan lemang, timbu adalah makanan dari olahan beras ketan yang dimasak menggunakan bambu. Beras tersebut dicampur dengan santan kelapa, kemudian dimasukkan ke dalam seruas bambu yang sebelumnya dilapisi dengan daun pisang. Bambu-bambu yang sudah diisi tersebut lalu dibakar.
Nah setelah matang, nasi yang dibalut daun pisang tadi ditarik keluar. Atau bisa juga bambunya yang dibelah. Lalu setelah dikeluarkan, timbu dipotong-potong secukupnya untuk kemudian disantap. Biasanyan satu ruas bisa dibagi 3 hingga 4. Bisa lebih kalau mau kecil-kecil, tergantung selera.
Timbu ini di kampung saya biasanya dimakan menggunakan bumbu kelapa, dicocol. Bumbu kelapa ini susah saya jelaskan, pokoknya mirip-mirip kek bumbu serundeng gitu, tapi rasanya bukan manis. Daerah saya lebih suka dengan cita rasa gurih dan asin. Selain itu kamu juga bisa memadukannya bersama opor ayam, layaknya ketupat.
Di kampung saya, Reo, kabupaten Manggarai, timbu biasanya disajikan ketika hari raya seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Kalau di Jawa yang wajib hadir adalah ketupat, nah di kampung saya, ya timbu ini. Jadi tidak setiap hari atau terlalu sering di bikin. Tapi bagi yang ingin menikmatinya kapan saja, ada satu desa yang setiap harinya membuat timbu. Desa Batok, sekitar 5 menit perjalanan dari rumah saya.
Di desa ini memang tempat bagi yang ingin menikmati timbu tapi malas menunggu lebaran. Tinggal datang saja ke desa Batok, di pinggir jalan akan terlihat penjual atau timbu yang sedang dibakar. Kita bisa makan di tempat atau dibeli untuk dibawa pulang.
Sekian cerita nostalgia kampung halaman saya, jadi makin rindu..
0 Comments