Tanggal 26, pukul 9 pagi setelah selesai mengunjunggi Danau 3 Warna gunung Kelimutu, kami berangkat dari desa Moni menuju kota Ende. Hari ini kami melanjutkan petualangan untuk melihat rumah pengasingan Bung Karno. Tujuan utama setelah Kelimutu sebenarnya adalah Kampung Adat Bena, kebetulan ketika ingin pergi ke Bajawa kami melewati kota Ende terlebih dahulu, kami sekalian mampir saja.
Perjalanan untuk sampai ke Ende memakan waktu sekitar satu jam lebih. Kami menggunakan transportasi mobil travel, sehingga lebih cepat dibandingkan dengan bus yang kemarin saya gunakan. Angga tidak ikut bersama kami, tapi nanti pada akhirnya juga akan bertemu kembali di desa adat Bena :D
Sampai di kota, kami langsung mencari lokasi rumah pengasingan tersebut, kami memanfaatkan google maps sembari bertanya kepada masyarakat sekitar, hingga akhirnya kami bisa menemukan rumah sederhana yang pernah ditempati sang Bapak Bangsa.
Rumahnya begitu rapi, baik isi maupun halamannya, dirawat dengan sangat baik. Padahal tidak ada retribusi masuk untuk berkunjung ke sini. Mungkin saja pemerintah sudah menyiapkan subsidi khusus untuk perawatannya, mungkin loh ya. Kalau tidak ada, berarti petugas yang merawat selama ini, bekerja dengan ikhlas wkwk. Meski tidak ada pungutan biaya untuk masuk, tapi disediakan kotak sumbangan yang bisa diisi seikhlasnya. Mungkin saja biaya perawatannya dari sini. Jika tidak mengisi sumbangan, paling tidak jangan merusak atau mengotori rumah dan sekelilingnya.
Halaman di depan rumah cukup indah, meskipun hanya dihiasi oleh taman kecil. Di dalam rumah terlihat seperti museum mini, berisi foto-foto dan perabotan rumah yang dulunya digunakan oleh pak Karno. Saya tidak tau apakah itu masih asli atau sekedar replika, karena tidak ada pemandu yang bisa menjelaskan kepada kami. Salah satu kekurangan di objek sejarah ini. Mungkin karena gratis.
Tidak terlalu lama kami menghabiskan waktu untuk melihat-lihat situs rumah pengasingan Bung Karno ini. Karena memang sangat kecil dan tidak terlalu luas, waktu justru banyak dihabiskan untuk berfoto-foto. Satu jam lebih berlalu, kami lanjut menuju ke pohon sukun di mana Soekarno pernah merenungkan nilai luhur Pancasila.
Letaknya tidak berdekatan dengan rumah pengasingannya. Jarak dari rumah pengasingan sekitar 5-10 menit perjalanan, saya juga lupa-lupa ingat. Cukup lama karena kami masih harus bertanya kepada warga sekitar untuk mengetahui lokasinya.
Ketika sampai, disana ada sebuah pohon sukun yang dikelilingi tembok, terdapat prasasti yang bertuliskan kalimat Bung Karno "Di kota ini kutemukan lima butir mutiara, di bawah pohon sukun ini pula kurenungkan nilai luhur pancasila". Di sebelah persis pohon sukun itu, terdapar sebuah patung berukuran besar. Patung itu adalah Presiden Soekarno yang sedang duduk di sebuah bangku. yah mungkin itu ilustrasi ketika beliau sedang merenungkan butir-butir Pancasika :D
Abaikan yang di sebelahnya |
Setelah selesai dengan pohon sukun bersejarah tersebut, kami memilih untuk beristirahat, mencari makan dan minuman segar (ketemu es kelapa). Butuh penyegar karena pas tengah hari, puanas banget. Setelah tenaga terisi kembali, kami pun melanjutkan untuk mencari transportasi menuju ke Bajawa kabupaten Ngada. Tapi karena tidak megahafal medan, kami sedikit kesulitan untuk menemukan bus atau travel. Bersyukur ada warga yang mau mengantarkan kami menemukan travel jurusan Bajawa. Pada akhirnya kami siap untuk melanjutkan petualangan. Intinya jangan malu bertanya, karena warga sekitar tentu tau lebih banyak tentang daerahnya.
Sekian cerita singkat kunjungan kami di situs Rumah Pengasingan Bung Karno. Petualangan berikutnya saya akan menceritakan perjalanan kami di Bajawa.
0 Comments