Kerinduan yang Tiba-iba

Entah kenapa malam ini mata saya meski terpejam tapi tidak sanggup terlelap, tanpa alasan yang jelas saya merasakan kerinduan yang mengarah padamu. Saya bingung apa yang harus dipikirkan ketika merindukanmu.

Kau tau, kau salah satu hal terindah yang ada dalam keluarga kita, kami selalu merasakan keceriaan di saat kau tersenyum. Tapi kau pergi begitu cepat, kau pergi dengan menghentikan banyak kenangan yang seharusnya belum berakhir. Kau pergi dengan meninggalkan luka bagi kami yang tidak mau kehilanganmu. Kau pergi bersama tetesan air mata kami yang tidak percaya dengan kepergianmu.

Ya saya tau semua yang terlahir pasti berakhir, kau di panggil ke sana mungkin karena kau ingin ditempatkan oleh-Nya di tempat yang lebih baik dari pada dunia ini. Saya percaya takdir-Nya adalah yang terbaik. Sekarang kita berada di dunia yang berbeda, saya dan keluarga akan mendoakanmu agar berada di tempat yang mulia disisi-Nya. Dan jika tiba saatnya kita semua bertemu, di akhir cerita saya berharap kau bisa menjadi penyelamat bagi keluarga.

Bagaimana kau di sana sekarang?
Dengan keikhlasan saya sudah bisa tersenyum, sudah bisa sedikit menahan luka. Namun bisa tersenyum bukan berarti saya sudah melupakanmu. Saya selalu berusaha tersenyum dan menahan haru ketika menginngatmu, dan terkadang seperti saat ini luka kembali terbuka ketika kau hadir dalam kerinduan, kau tak akan terlupakan. Saya mungkin jarang berdo'a, tetapi di setiap do'a saya selalu berusaha menyertai namamu.

Sekarang saya jauh dari rumah, tapi kau lebih jauh, terlalu jauh, bahkan sangat jauh. Tenanglah di sana, sambutlah kami kelak.

Post a Comment

1 Comments