Di Tokyo saya tidak punya banyak rencana, satu-satunya yang
ingin saya kunjungi adalah Tokyo Tower. Sisanya, saya ingin pergi ke
daerah-daerah yang terkenal seperti Akihabara, Shibuya atau Harajuku. Bukan
ingin mengunjungi atau membeli sesuatu, sekedar ingin melihat langsung.
Biasanya hanya mendengar dan melihat di film atau anime.
Malam harinya saya sudah menyusun rencana untuk hari ini,
setiap tempat tujuan saya urutkan sejalur berangkat dan kembali. Ini supaya
saya tidak perlu bolak balik ke sana ke mari. Dan rute perjalanan saya dimulai
dengan mengunjungi kuil (wtf saya lupa nama kuilnya), lalu ke Istana Edo,
Tokyo Tower, daerah Shibuya, lalu terakhir ke Harajuku dan Kabukicho.
Kuil Kanda Myojin
Oke kenapa saya bisa ke kuil ini? Padahal sebelumnya saya
belum pernah tau atau mendengar namanya, bahkan ketika saya sudah tau dan
pernah mengunjunginya pun, saya langsung lupa wkwk. Memang bukan menjadi
tujuan, tapi karena di tourist map yang saya pegang kebetulan ada rekomendasi
untuk kuil ini. Kebetulan lokasinya pun saya lewati jika menuju ke Istana Edo.
Nah mumpung sejalur, saya putuskan untuk mampir.
Setelah sampai di lokasi, saya sedikit bingung menemukannya.
Area kuilnya pun tidak cukup besar. Memang banyak yang berkunjung ke sini, tapi
yang saya lihat sebagian besar adalah masyarakat Jepang sendiri. Tidak ada
wisatawan asing yang ke sini. Mungkin kuil ini merupakan salah satu tempat
wisata religi atau mungkin kuil bersejarah. Tapi sepertinya belum begitu
populer untuk wisatawan asing.
Saya tidak terlalu lama di sini, hanya sekitar setengah jam.
Sekedar melihat-lihat dan mengambil beberapa foto. Kemudian saya melanjutkan perjalanan ke Istana Edo atau populer dengan nama Imperial Palace, karena sekarang sudah menjadi istana kekaisaran Jepang.
Istana Edo
Saya mampir ke sini juga sebenarnya karena lokasinya kebetulan saya lewati ketika menuju ke Tokyo Tower. Tempat ini mungkin bisa saya sebut seperti keraton di Jogja, hanya saja ini sultannya satu negara wkwk. Lokasinya sangat luas, di luar dikelilingi taman besar. Banyak dipakai warga untuk berjalan-jalan, bersepeda atau joging. Sama seperti di Osaka.
Ketika saya baru sampai di sini, Tokyo tiba-tiba diguyur hujan. Untungnya tidak begitu lebat, bukan juga grimis sih, sudah disebut hujan. Tapi hujannya kecil-kecil, gimana ya jelasinnya? pokoknya hujannya lembut.
Saya hanya masuk gerbang dan melihat dari jauh, tidak masuk istanannya. Ketika memasuki gerbang dan berjalan sedikit, akan ada loket tiket. Mungkin untuk tur istana, saya tidak tau apakah tur full, Karena saya tidak masuk. Tapi sepertinya sama seperti masuk Kraton Jogja, hanya sebagian yang boleh dilihat umum. Sedangkan untuk kediaman Kaisar, tidak boleh.
Memasuki gerbangnya, akan ada dua petugas yang akan memeriksa barang bawaan, bahkan sampai menggunakan detektor juga. Untung saja saya lolos ketika diperiksa, saya juga tidak bawa banyak barang, hanya hape, kamera, dompet, dan pasport. Tapi tenang saja, jika ada barang yang tidak diperbolehkan masuk, bisa dititip di disitu dan diambil ketika keluar nanti. Selama bukan barang ilegal loh ya. Di sini saya hanya sekedar masuk gerbang dan tidak ke dalam istananya, saya berfoto dan melihat dari jauh.
Saya juga tidak terlalu lama, eh lama sih, lama nyusuri tamannya, luas bet njir wkwk. Kemudian saya langsung mencari lokasi Tokyo Tower. Tujuan utama saya hari ini.
Tokyo Tower
Setelah 4 jam lebih perjalanan, mampir di kuli dan di Istana Edo, akhirnya saya tiba di tujuan utama. Nyari ni menara cukup menyebalkan, karena sulit sekali untuk saya temukan. Saya sudah berjalan sesuai dengan peta, dari jauh juga sudah kelihatan pucuknya, saya ikuti tapi tidak sampai-sampai. Semakin dekat, semakin saya hanya muter-muter di situ. Masuk-masuk gang perumahan, dan pada akhirnya ketemu.
Tapi tidak seperti yang saya ekspektasikan, ternyata biasa saja wkwk. Menaranya memang syahdu, sesuai harapan. Tapiii... saya kira areanya besar, ada hamparan luas untuk bisa menikmati atau berfoto dengan menara ini, seperti menara Eiffel di Paris. Tapi pas sampai, lokasinya berada di tengah pemukiman. Areanya sempit, sekitar menara hanya ada lahan untuk parkir bus pariwisata.
Kecewa sih, iya sedikit. Karena untuk objek menara, akan lebih bagus jika difoto dari kejauhan. Lah ini gimana mau foto dari jauh, ketutupan pohon-pohon :D. Jadilah hanya berfoto dari dekat. Gagal foto ala-ala romantis seperti di paris. Tapi ga masalah, akhirnya bisa lihat langsung menara Tokyo, sudah sangat membuat saya senang. Ya tapi kan sebagai anak alay dan narsis, kecewa gabisa dapat foto bagus :(.
Lanjutan untuk Shibuya, Harajuku dan Kabukicho, di postingan berikutnya...
capek nulis panjang, lanjut besok :vIstana Edo
Saya mampir ke sini juga sebenarnya karena lokasinya kebetulan saya lewati ketika menuju ke Tokyo Tower. Tempat ini mungkin bisa saya sebut seperti keraton di Jogja, hanya saja ini sultannya satu negara wkwk. Lokasinya sangat luas, di luar dikelilingi taman besar. Banyak dipakai warga untuk berjalan-jalan, bersepeda atau joging. Sama seperti di Osaka.
Ketika saya baru sampai di sini, Tokyo tiba-tiba diguyur hujan. Untungnya tidak begitu lebat, bukan juga grimis sih, sudah disebut hujan. Tapi hujannya kecil-kecil, gimana ya jelasinnya? pokoknya hujannya lembut.
Saya hanya masuk gerbang dan melihat dari jauh, tidak masuk istanannya. Ketika memasuki gerbang dan berjalan sedikit, akan ada loket tiket. Mungkin untuk tur istana, saya tidak tau apakah tur full, Karena saya tidak masuk. Tapi sepertinya sama seperti masuk Kraton Jogja, hanya sebagian yang boleh dilihat umum. Sedangkan untuk kediaman Kaisar, tidak boleh.
Memasuki gerbangnya, akan ada dua petugas yang akan memeriksa barang bawaan, bahkan sampai menggunakan detektor juga. Untung saja saya lolos ketika diperiksa, saya juga tidak bawa banyak barang, hanya hape, kamera, dompet, dan pasport. Tapi tenang saja, jika ada barang yang tidak diperbolehkan masuk, bisa dititip di disitu dan diambil ketika keluar nanti. Selama bukan barang ilegal loh ya. Di sini saya hanya sekedar masuk gerbang dan tidak ke dalam istananya, saya berfoto dan melihat dari jauh.
Saya juga tidak terlalu lama, eh lama sih, lama nyusuri tamannya, luas bet njir wkwk. Kemudian saya langsung mencari lokasi Tokyo Tower. Tujuan utama saya hari ini.
Tokyo Tower
Setelah 4 jam lebih perjalanan, mampir di kuli dan di Istana Edo, akhirnya saya tiba di tujuan utama. Nyari ni menara cukup menyebalkan, karena sulit sekali untuk saya temukan. Saya sudah berjalan sesuai dengan peta, dari jauh juga sudah kelihatan pucuknya, saya ikuti tapi tidak sampai-sampai. Semakin dekat, semakin saya hanya muter-muter di situ. Masuk-masuk gang perumahan, dan pada akhirnya ketemu.
Tapi tidak seperti yang saya ekspektasikan, ternyata biasa saja wkwk. Menaranya memang syahdu, sesuai harapan. Tapiii... saya kira areanya besar, ada hamparan luas untuk bisa menikmati atau berfoto dengan menara ini, seperti menara Eiffel di Paris. Tapi pas sampai, lokasinya berada di tengah pemukiman. Areanya sempit, sekitar menara hanya ada lahan untuk parkir bus pariwisata.
Kecewa sih, iya sedikit. Karena untuk objek menara, akan lebih bagus jika difoto dari kejauhan. Lah ini gimana mau foto dari jauh, ketutupan pohon-pohon :D. Jadilah hanya berfoto dari dekat. Gagal foto ala-ala romantis seperti di paris. Tapi ga masalah, akhirnya bisa lihat langsung menara Tokyo, sudah sangat membuat saya senang. Ya tapi kan sebagai anak alay dan narsis, kecewa gabisa dapat foto bagus :(.
Lanjutan untuk Shibuya, Harajuku dan Kabukicho, di postingan berikutnya...
episode selanjutnya...
0 Comments