Sunset Pantai Kesirat, Gunung Kidul

Akhirnya setelah sekian lama, saya bisa main ke pantai lagi.

Semenjak teman-teman satu rantauan di Jogja kembali ke kampung halaman masing-masing, saya juga jadi jarang main. Palingan hanya nongkrong dengan beberapa teman yang tersisa. Dan mereka juga jarang main jauh. Selain itu, belakangan ini jarang keluar karena sedang dalam masa pandemi covid19.

Sekarang aturan PSBB sudah mulai longgar. Sudah banyak tempat wisata yang kembali dibuka. Salah satunya pantai yang menjadi tujuan saya ini, pantai Kesirat. Tapi sebelumnya ke sini, perlu gugling dulu pantai mana aja yang sudah dibuka. Mastiin apakah pantai Kesirat termasuk. Daripada udah nyampe ternyata tutup.

Rencana main ke pantai Kesirat nih ide teman saya yang sudah bosan di rumah terus. Pengen main ke pantai, dan ga tau kenapa dia mau main ke pantai Kesirat. Sebelumnya saya sudah pernah ke sini beberapa tahun yang lalu, waktu sering main sama Spartan. Dulu ke pantai ini juga gak sengaja. Pengen ke pantai lain, malah nyasar ke pantai Kesirat. Tapi lokasinya cukup unik sih, beda dari pantai Gunung Kidul lainnya, pantai ini malah ga ada pantainya. Bentuknya tebing, ga ada pasir pantai.

Walaupun lokasinya di Gunung Kidul, tapi perjalanan ke sana ga terlalu lama. Karena lokasinya yang masih dekat dengan perbatansan Bantul-Gunung Kidul. Jadi tidak perlu lewat jalan Wonosari, cukup lewat jalan Imogiri. Perjalanan memakan waktu sekitar satu setengah jam. Padahal biasanya kalau main ke pantai Wonosari, minimal dua jam perjalanan.

Biaya masuk ke pantai Kesirat ini Rp. 5.000/orang, plus nanti sama biaya parkir Rp. 2.000. eh atau 3.000 ya lupa :D. Selain banyak orang yang datang untuk berkunjung, banyak juga yang datang untuk kemping. Dari dulu pantai ini memang menjadi salah satu tempat populer untuk kemping. Tapi saya dan teman-teman belum pernah. Kelihayannya asik sih, tapi horor gitu ngecamp dipinggir tebing wkwk.

Kesan saya setelah sekian lama tidak main ke pantai Kesirat ini, coook beda banget. Dulu masih alami banget. Sekarang jalannya sudah disetapak. Dan yang paling berbeda adalah daerah lapang yang dulu hanya ditumbuhi rerumputan, sekarang sudah ada bangunan gubuk. Jadi bentuknya kek kampung kecil. Ya bukan jalan setapaknya sih yang mengganggu, tapi tempat lapangnya yang sekarang ilang. Lahan luas buat kemping malah jadi kampung kecil.

Tapiiii... bukan kampung beneran. Jadi setelah muter-muter, ternyata ini tuh kampung buatan yang digunakan untuk suting film. Rumah-rumahnya tuh semi permanen, dan cuma sebagai properti. Buat yang belum tau gimana pantai ini dulu emang bingungin, saya juga susah jelasinnya wkwk. Gugling aja pantai Kesirat beberapa tahun lalu sama yg tahun ini.

Tidak banyak yang bisa dinikmati selain hanya pemandangan lautan lepas dan beberapa warga yang mancing. Kalau di pantai lain, paling tidak bisa main pasir dan nyebur basah-basahan. Di pantai ini kalau nyebur, ga balik-balik.

Tapiiii lagi, bukan berarti hal kek gitu bikin pantai ini ga menarik. Soalnya kalau bertahan sampai sore, pantai ini sempurna sekali untuk spot nikmatin sunset. Rasa bosan karena tidak banyak yang bisa kami nikmati jadi sedikit terobati begitu waktu sunset. Padahal awalnya tidak ada rencana untuk melihat sunset. Mungkin pantainya merasa bersalah dan tidak mau kami pulang dengan rasa kecewa.

Secara pribadi, ketika berada di pantai ini saya tidak terlalu bisa menikmati. Karena ga bisa main pasir dan air. Tidak direkomendasiin untuk datang pagi hari. Kecuali tujuannya hanya untuk menikmati pemandangan lautan lepas, atau mungkin untuk kemping. Saya lebih menyarankan untuk datang agak sore, karena selain menikmati pemandangan lautan lepas, kita juga dimanjakan dengan pemandangan susnset. Tapi selera sih :)

Sekian cerita singkat perjalanan di pantai yang ga ada pantainya. heu heu

Post a Comment

0 Comments