Kelimutu: Danau 3 Warna

Libur t'lah tiba...

Liburan semester pertama, setelah sekian lama tidak pulang kampung, tanggal 25 kemarin akhirnya saya mudik. Saya pulang kampung ke Reo, Kabupaten Manggarai, NTT (lengkap dah tuh). Tapi ini bukan sekedar mudik biasa, saya selipkan agenda petualangan, mudik sambil main, biar hemat, sekali bayar.

Sebelumnya saya dapat kabar dari teman yang sekarang mengikuti program SM3T di NTT, kalau dia mau ke Ende untuk mengunjungi danau Kelimutu pada tanggal 26 Desember. Kebetulan saya berencana mudik di bulan yang sama, jadilah kami bikin janji untuk bertemu, sekalian kalau bisa main bersama dulu. Dan serunya, mereka mau berkunjung ke rumah saya. Karena ada objek yang mau mereka kunjungi di Manggarai.

Singkat cerita, uang tiket yang rencananya untuk rute Jogja-Labuan Bajo, saya ubah jadi Jogja-Ende. Harganya juga sama, nah dari Ende saya akan menempuh jalur darat bersama teman-teman saya menuju ke beberapa objek wisata lainnya di Flores, hingga sampai ke rumah.
Danau hijau sama biru, yang merah letaknya di depan kami, gabisa foto sekaligus kecuali pake drone

On The Way
Objek pertama adalah Danau 3 warna, Kelimutu. Terletak di kabupaten Ende, NTT. Meskipun terletak satu propinsi dengan rumah saya, saya baru pertama kali ke sini. Kalau dari rumah bisa memakan waktu sekitar 10 jam perjalanan darat.

Dari Jogja saya mendapat jadwal penerbangan tanggal 25 jam 7 pagi. Kemarin perjalanan saya dari Jogja ke Ende memakan waktu hingga delapan jam lebih, seharian di perjalanan. Saya baru sampai di Ende sekitar jam setengah 4, waktunya habis karena mendapat waktu transit di Bali selama 4 jam. Sampai di kota Ende saya masih harus melanjutkan perjalanan menuju ke Desa Moni, desa terdekat dengan Danau Kelimutu.

Dari bandara saya menggunakan ojek untuk menuju ke kota dan mencari travel yang bisa mengantarkan saya ke desa Moni. Sayangnya, setelah kesana-kemari mencari, saya yang dibantu pak ojek tidak bisa menemukan travel. Jam 4 ternyata sudah berhenti beroperasi, baru ada lagi besok. Saya disarankan untuk mencari bus saja, tapi kemungkinan bus berhenti beroperasipun ada. Saya sedikit bingung, karena tidak ada rencana menginap di sini. Mau menyewa ojek motor, akan sangat mahal biayanya.

Setelah hampir menyerah untuk mencari, Tuham mengirimkan bantuan. Ada salah satu bus tujuan Moni yang mogok. Saya bertanya apakah masih bisa menumpang? bisa asalkan mau menunggu. Tentu saja mau, akan lebih menghemat daripada harus menginap.

Setelah hampir setengah jam menunggu, akhirnya sang bus tercinta siap mengantarkan saya menuju petualangan baru. Demi menciptakan pengalaman berpetualang yang syahdu, baru setengah perjalanan, bannya meletus. Mogok season dua, saya bersama para penumpang lain terpaksa harus menunggu lagi. Dengan cekatan para konjak (sebutan untuk kernek bus) mengganti ban yang bocor, perjalananpun dilanjutkan. Sedikit bernostalgia, sudah lama sekali sejak terakhir kali saya menaiki bus ini bertahun-tahun lalu. Dulu kenangan menaiki bus ini, saya pernah liburan sekeluarga, pernah juga mengikuti acara perkemahan pramuka, saya pernah mabuk berat juga, banyak lah. Selama perjalanan menuju ke Moni, saya menikmati pemandangan sambil mengingat momen-momen haru dan lucu ketika dulu pernah menaiki bus khas dataran Flores ini.

Sekitar pukul 6 sore, ketika hari mulai gelap, saya tiba di desa Moni. Hawanya sangat dingin. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari kartu paket data, karena kartu yang saya miliki paket internetnya untuk wilayah pulau Jawa. Saya tidak bisa menggunakan aksesnya di Flores, padahal saya harus menghubungi mas Fajar. Setelah mendapatkan kartu data, saya langsung menghubungi mas Fajar, dan untungnya dia berada tidak jauh dari tempat saya turun. Kami pun akhirnya bisa reunian, dia datang bersama dua orang temannya (Ana dan Ika) yang sama-sama mengikuti program SM3T dan sama-sama ingin mengeksplor Flores.

Kami mengobrol banyak hal, dan juga membahas rencana perjalanan untuk esok hari. Oh ya, kami juga mendapatkan anggota baru, Angga, kebetulan dia juga ingin mengunjungi Danau 3 Warna. Jadilah kami berlima yang akan melakukan petualangan besok, patungan transportasi lebih hemat wkwk. Setelah selesai ngobrol-ngobrol dan makan malam, kami menuju ke homestay. Mas Fajar sudah menyewa homestay (duh kemarin apa ya namanya?) dengan biaya Rp 50.000/malam. Disewa 2 kamar, satu kamar untuk saya dan mas Fajar, satu lagi untuk Ana dan Ika. Sedangkan Angga, bermalam di homestay yang berbeda.

Malam hari kami tidak terlalu banyak begadang, kami tidur lebih cepat. Karena kami akan menuju ke Kelimutu pukul 4 dini hari nanti.

Danau 3 Warna Gunung Kelimutu
Malam hari sebelum beristirahat, kami sudah membuat janji untuk berkumpul kembali dini hari sekitar pukul 3. Kami menuju ke objek danau 3 Warna pada dini hari agar sekalian mengejar untuk bisa menikmati sunrise. Dari penginapan, memakan waktu sekitar setengah jam untuk bisa sampai ke gerbang retribusi. Oh iya, kami menyewa mobil untuk menuju ke sana, sangat sulit untuk menemukan tempat penyewaan motor. Biaya sewa kami bagi berlima, rencana awalnya hanya berempat, tetapi ada tambahan Angga, biayapun semakin ringan. Selesai mengurus retribusi, kami melanjutkan perjalanan sampai ke lokasi parkir. Belum bisa merasa legah dulu, perjalanan belum selesai.

Sampai di parkiran, kami masih harus berjalan kaki untuk bisa sampai ke tujuan. Tracking sekitar 15 sampai 20 menit. Masih melewati hutan dan jalan setapak, sehingga kendaraan memang tidak bisa masuk untuk mengantar. Tapi tidak masalah, selain untuk olahraga agar merasa hangat, kami juga disuguhi pemandangan alam gunung Kelimutu yang syahduu.

Memang sedikit melelahkan, tapi akan segera terlupakan begitu sampai di puncak. Masih belum jelas terlihat, hari masih gelap. Sementara penasaran dengan keindahan danau 3 warna yang sudah lama menjadi impian, kami juga sambil menantikan datangnya sunrise.

Begitu matahari mulai menampakkan wajahnya dengan malu-malu, keindahan objek wisata ini pun perlahan mulai terlihat. Sebagai bagian dari masyarakat bangsa narsis, kamipun  sibuk mencari angle dan pose untuk berfoto, tak peduli danaunya belum terlihat sepenuhnya. Wisatawan lainpun mulai meramaikan lokasi, mau tidak mau harus pandai mencari lokasi agar bisa mendapatkan foto tanpa bocor. Tidak hanya wisatawan lokal, banyak wisatawan mancanegara yang mengunjungi danau Kelimutu ini, sepertinya sudah sangat populer, menyusul kepopuleran Taman Nasional Komodo, wkwk.

Begitu hari sudah terang, danau 3 warna sudah sepenuhnya terlihat. Saya sangat merasa takjub, saya rasa begitu pula dengan teman-teman yang lain. Dulunya saya hanya mendengan nama dan cerita tentang objek ini ketika masih kecil, niat saya untuk mengunjunginya pun baru beberapa tahun terakhir. Tentu sangat puas rasanya bisa benar-benar sampai di sini, kenapa tidak dari dulu ya? :D Benar danaunya memiliki 3 warna, yaitu hijau, biru dan merah. Danau hijau dan biru letaknya bersebelahan, jadi masih bisa berada di dalam satu frame ketika difoto, meskipun yang satu hanya separuh. Nah sedangkan yang merah nih, berada di seberangnya, letaknya agak jauh, makanya sangat sulit jika ingin difoto ketiga-tiganya. Kecuali kalian punya drone, dan mengabadikan gambarnya dari atas.

Kami menghabiskan waktu cukup lama di sini, sekitar 3 jam lebih. Mondar mandir, kesana kemari, melihat ini itu, dan tentunya jepret-jepret. Setelah merasa cukup puas, sebenarnya belum benar-benar puas, kami memutuskan untuk kembali. Hari sudah mulai benar-benar terang dan kami juga kelaparan. Kami beranjak sekitar jam 8 pagi, karena jam 9 kami akan melanjutkan perjalanan menuju kota Ende.

Rencana hari ini setelah dari danau 3 warna, Kelimutu ini, kami akan mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno, Presiden RI pertama, di kota Ende. Selanjutnya kami akan mencari transportasi untuk menuju ke Bajawa. Di sana kami ingin mengunjungi desa megalitikum, kampung adat Bena. Makanya kami pagi jam 9 sudah harus beranjak dari Moni, biar keburu.

Sekian cerita petualangan saya dan teman-teman di desa Moni dan Kelimutu, cerita berikutnya akan saya lanjutkan di postingan selanjutnya..

Post a Comment

0 Comments