Seruni (Pantai Tersembunyi)

Okeh,, satu lagi cerita yang sebenernya terlambat untuk diceritakan, tapi tidak masalah, dari pada tidak sama sekali. Masih banyak cerita-cerita lain juga yang belum sempat saya ceritakan. masih menunggu mood.

Langsung saja, kali ini saya ingin bercerita tentang trip dadakan camping di pantai Seruni 3 bulan yang lalu bersama Alek dan teman-teman Couchsurfing (CS) mas Rio, bule Amerikanya mas Rio, mba Sabrina, mba agustin, mba Yanti, mba Irum, dan lain-lain lupa berapa orang yang ikut.

Awalnya saya tidak kepikiran untuk ikut acara camp di pantai. Jadi beberapa hari sebelumnya Alek cerita tentang rencana ini, lalu saya diajak, tapi saya menolak. Malam sebelum keberangkatan Alek meminta saya untuk menemani dia kumpul TM. Ngobrol-ngobrol beberapa saat, mas Rio bertanya ke Alek, dia besok berangkat sendiri atau sama siapa, si Alek bilang "sama dia" sambil menunjuk saya, eh saya secara spontan langsung mengiyakan. Akhirnya saya jadi bagian dari mereka besok. Lanjut membicarakan masalah perlengkapan dan waktu keberangkatan. Setelah semua fix, kami pulang ke tempat masing-masing untuk kemas-kemas dan istirahat.

Tangaal 15 September 2012 sore, sekitar jam 3-an kami berangkat dari rumah mas Rio menuju Pantai Seruni di Wonosari. Awlanya tempat berkumpul di APMD tapi entah kenapa dialihkan ke rumahnya mas Rio!? Kami berangkat bersebelas apa berduabelas lupa. Dari Jogja ke Wonosari memakan waktu sekitar 2-3 jam, tergantung. Sampai Wonosari kami tidak langsung di pantai Seruninya, malah berhenti di pantai Pok Tunggal terlebih dahulu, untuk parkir kendaraan. Ternyata untuk menuju ke pantai Seruni tidak ada akses masuk menggunakan kendaraan, cuma ada dua alternatif pilihan: tracking melewati bukit selama satu jam lebih atau menyusuri karang pantai. Karena keterbatasan akses tersebut, pantai Seruni ini masih lumayan perawan, privat dan belum banyak dijamahi orang.

Kalau memilih jalan bawah melewati karang terlalu berbahaya karena hari sudah gelap. Belum lagi ada kemungkinan terseret ombak. Jadi kami putuskan untuk mengambil jalur pendakian. Saya kira trackingnya bisa mudah seperti sedang pramuka, eh ternyata cukup menantang, medannya naik turun, hari juga gelap, dan kami dalam kondisi lapar. Kami harus menempuh medan yang wadefak seperti itu selama satu jam lebih. Lelah iya lelah banget, tapi saya sadar kalau berpetualang memang terkadang harus merasakan yang seperti ini. Dengan tenaga yang tersisa kami akhirnya bisa sampai di pantai Seruni, sekitar hampir jam delapan malam.

Waktu sampai memang keindahan pantainya belum terlihat, yang ada hanya gelap, gelap, dan gelap. Sebelum beristirahat kami terlebih dahulu membangun tenda serta menyiapkan pencahayaan dan selanjutnya beristirahat sambil menyiapkan makan malam. Oh iya tidak beberapa lama setelah kami sampai di pantai Seruni, ada tiga anak CS yang baru datang, mas DJ, mba Fitri, dan lupa mas yang satu namanya siapa. Selesai makan malam bukan istirahat malah main kembang api, kemudian menyalakan api unggun. Kami juga diberi games sama bule Amerika, walupun saya agak susah mengerti permainannya *pake bahasa inggris soalnya* tapi sambil main sambil belajar, dan ternyata seru juga menunggu ngantuk.

Selesai bersenang-senang main kembang api dan api unggunnya sudah mendekati ajal *males nyari kayu buat gedein apinya* semuanya siap-siap untuk tidur. Yang spesial sekali dari camping saya kali ini, biasanya saya ngecamp tidurnya dalam tenda, tapi kali ini berbeda, kami semua tidur di luar pakeai sleepingbag, gak tau yang cewek. Ini pengalaman pertama saya tidur di luar saat camping di pantai. Tendanya dipake hanya unutk menyimpan tas dan barang-barang lain. Agak sedikit aneh sih tidur malam di atas pasir, permukaannya tidak rata. Tapi karena ngantuk, tetep saja bisa nyenyak. Keesokan harinya ketika bangun, badan rasanya seperti mau copot tulang-tulangnya. Yah sudah resiko seorang traveller yang ingin menyatu dengan alam, tetap nyantai dan nikmati saja keindahannya, soal susahnya urusan belakangan :D

Masuk hari ke-2,, kembali ke bangun pagi yang kurang enak tadi. Badan pegal-pegal tapi begitu melihat pemandangan pantai yang semalam belum sempat dinikmati, semua perasaan pegal, encok, struk, sange, stres, ataupun mencret hilang. Wunderbar sekali bangun pagi langsung terpampang pemandangan yang mempesona sambil menghirup udara segar pantai. Menunggu Alek bangun, cuci muka dan langsung menikmati suasana pantainya, jalan kesana kemari sambil foto-foto trus break sebentar untuk sarapan. Capek jalan terus dan perut juga telah terisi, waktunya berenang! tapi tidak semuanya berenang, sebagian ada yang mencoba Yoga, soalnya salah satu diantara kami yang ikut camp ada instruktur yoga, yaitu mba Agustina. Kalau si bule berjemur sambil baca buku, sisanya berenang sambil main pasir, diantaranya saya dan Alek, saya membuat Piramida trus si Alek buat pesawat dari pasir.

Karena hari sudah mulai siang, setelah puas berenang, yoga, jemuran, dan main pasir, kami bersih-bersih dan berkemas untuk pulang. Kami tidak bisa pulang terlalu sore, karena sebagian anggota punya kesibukan. 

Setelah semua sudah bersih-bersih dan barang-barang sudah dikemas, kami beranjak dari pantai Seruni. Berbeda dengan rute kedatangan kemaren, kali ini kami memilih untuk menjelajah melewati rute batu karang pinggir pantai, karena kebetulan airnya sedang surut dan ombaknya lumayan kecil. Pengalaman pertama lagi bagi saya, berjalan melewati pantai yang tidak biasa, bertebing dan penuh batu karang. Ini salah satu petualangan yang woW abis untuk saya selama berada di pulau Jawa. Walaupun medan yang dihadapi cukup susah, karena harus melewati karang dan menerjang ombak, tapi dengan kerja sama yang baik kami melewati semuanya dengan keceriaan. Walau terkadang ada yang cemberut dikit.

Melalui rute ini kami menyusuri sekitar 4 pantai yang lumayan tersembunyi layaknya pantai Seruni. Kalau camp di situ boleh juga ya kayaknya :D. Sekitar kurang lebih satu jam perjalanan akhirnya kami sampai di pantai Pok Tunggal, tempat kami memarkir kendaraan. Sampai disana mas Rio pulang duluan sama si bule dan kami yang lain menyusul.

Rute dari perjalanan pulang Wonosari-Jogja berbeda dengan waktu kami datang kemarin, kata yang memimpin, mau sekalian mencari jalan baru. Jarak tempuh yang seharusnya bisa selesai dalam 2 jam, karena melewati jalur ini malah jadi 3 jam lebih coy,, bokong terasa membara sampai karet sempak melekat dengan kulit bokong. Tapi sepanjang perjalanan pemandangannya cukup indah dan kamipun sampai kembali di Jogja dalam keadaan sehat :). Walau petualangan yang satu ini sangat sangat meankjubkan, tapi saya belum begitu puas karena masih banyak sekali keindahan alam pulau Jawa ini yang ingin saya kunjungi. Sayang dong sudah minta sama orang tua untuk menuntut ilmu di Jawa trus tidak dinikmatii. Karena jauh-jauh main ke Jawa hanya untuk kuliah sudah terlalu mainstream!

Allah memberi saya hidup, dan itu saya gunakan tidak hanya untuk belajar saat kuliah, tapi juga untuk belajar sambil menikmati alam ciptaan-Nya. Banyak pelajaran hidup yang bisa saya dapat dari berpetualang, entah itu nilai pershabatan, kerjasama, dan lain sebagainya. So, travell? kenapa nggak!?

Post a Comment

2 Comments